TES & TEKNOLOGI - HD vs Blue Ray | ![]() | ![]() |
Thursday, 31 July 2008 | |
Page 2 of 2 Kerapatan data Baik Blu-ray maupun HD-DVD menggunakan standar encoding video (MPEG-2, MPEG-4, VC1 dan lainnya) serta standar audio Dolby, DTS, dan lainnya. Film juga di-encode pada ukuran dan frame yang setara, yakni 1920 dan 1080 dengan 24 frame per second (fps). Kedua format ini juga seragam dalam memakai panjang gelombang laser biru 405 nm. Keduanya akan mengecilkan gambar ke 720p (resolusi 1280x720) dan mengonversi ke atas untuk frame rate TV yang mensyaratkan tampilan 30 fps atau 60 fps. Lantas di mana perbedaannya? Terletak pada ukuran aperture (lubang bidik) dari lensa yang dipakai untuk memfokuskan laser dan ketebalan permukaan disk. Blu-ray mampu memfokuskan sinar laser secara lebih pendek yang memungkinkan disk menyimpan data lebih rapat. Inilah yang menjadikan Bluray mampu melahap 25 GB untuk single layer dan 50 GB untuk dual layer. Bandingkan dengan HD-DVD yang hanya 15 GB dan 30 MB pada single dan dual layer. Kualitas gambar Masih terkait dengan kerapatan data, kualitas gambar juga tak lepas dari kapasitas kedua format tersebut. Dengan perbedaan kemampuan penyimpanan, kemungkinan diturunkannya kualitas gambar film terkadang tidak bisa dihindari. Setiap format kompresi mengharuskan studio film tarik menarik antara kualitas gambar dan mengecilkan ukuran data. Pilihannya, mereka bisa meng-encode film berkualitas tinggi, tetapi lebih rakus ruang penyimpanan atau menurunkan kualitas gambar film demi menghemat kebutuhan ruang penyimpanan. Namun, bukan berarti gambar dibikin kecil demi ruang penyimpanan (tetap pada ukuran dan frame rate seperti di atas), melainkan menurunkan “respons frekuensi” dari pixel. Jika diumpamakan, Anda membeli dua film yang sama, salah satunya film berkualitas tinggi dan lainnya film berkualitas pas-pasan. Ukuran gambarnya tetap setara, tetapi Anda melihat salah satu film lebih enak ditonton. Jika studio film akan merekam dengan kualitas tinggi dan filmnya berdurasi panjang, bisa jadi ruang disk yang tersisa tidak mencukupi untuk materi tambahan seperti film yang akan datang atau lainnya. Bagi Blu-ray, ini tidak jadi soal karena ia mengantongi kapasitas yang lebih besar. Namun bagi HD-DVD, hal ini bisa menjadi masalah. Studio film harus memilih apakah mengurangi kualitas gambar atau menambahkan disk kedua agar semua semua materi film masuk (akan berdampak naiknya harga eceran). Mengapa ada dua format Tentunya sebagai konsumen, kita menginginkan hanya satu format saja yang ditentukan. Bagi studio film, kondisi ini juga akan merepotkan karena mereka harus memilih, apakah filmnya memakai Blu-ray atau HD-DVD. Sebagai konsumen, jika tidak memiliki kedua pemutar disk berdefinisi tinggi tersebut tentu akan sangat terkungkung saat akan membeli film. Namun bagi produsen Blu-ray dan HD-DVD, lahirnya kedua format yang berseteru ini tak lain karena faktor uang. Jika setiap lisensi dari format milik mereka terjual, keuntungan besar akan mereka dapatkan. Bit rate Maksimal bit rate Blu-ray adalah 48 Mbit/detik, sementara HD-DVD terbatas pada angka 30,24 Mbit/detik. Semakin cepat bit rate, mengindikasikan seberapa tajam dan mulus gambar yang ditampilkan atau suara yang menggelegar. Jika Anda memiliki film dengan bit rate yang rendah, gambarnya akan kurang mulus. Memang gambar HD-DVD tidak bisa dibilang jelek, tetapi Blu-ray lebih berpotensi dalam menggenjot kualitas gambar yang lebih tajam dan suara lebih bergemuruh. Dukungan studio film Dunia hiburan memang pasar terbesar sekaligus kunci bisnis bagi kedua format berdefinisi tinggi ini. Sampai awal 2008 ini, masih ada 3 studio film tersisa yang mendukung HD-DVD, yakni Paramount, Universal, dan Warner Bros yang merilis dalam kedua format. Namun, saat Warner Bros memutuskan hanya merilis film dalam format Blu-ray, inilah kunci berakhirnya perang ini. Dan yang terakhir, Toshiba sebagai dedengkot HD-DVD pun memutuskan untuk menghentikan produksi dan pengembangan HD-DVD pada 19 Februari 2008 lalu. Source: CHIP 03/2008 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar